Senin, Juli 13, 2015

Ramadhan Holiday 2015 - Day 3 - Moskow

Ramadhan Holiday 2015 - Day 3 - Moskow
 
Hari ketiga diawali dengan makan pagi yang cukup mewah untuk standard breakfast di Eropa di Congress Iris Hotel. Biasanya di Eropa makan pagi yang disediakan hotel sangat sederhana, yaitu hanya terdiri dari roti keras, yogurt, telur orak-arik dan kopi. Tapi ternyata di Moskow Russia standardnya berbeda. Walaupun tidak semewah sarapan pagi di hotel-hotel di Indonesia, tapi variasinya cukup ok.
 
Aku masih ingat, dulu pertama kali keliling Eropa berdua ama istri, tiap sarapan pagi aku selalu ngantungin cube sugar. Tujuannya agar bisa ngirit dan ndak perlu makan siang. Cukup makan/ngemut gula aja. Maklum saat itu di tahun 1994 sama sekali belum punya duit. Jalan-jalan keliling Eropa Barat waktu itupun sepulang aku training dari Amerika Latin. Istriku nyusul ke Amsterdam dan kita keliling Eropa selama dua minggu. Eh pulang-pulang ternyata istriku hamil. Sayang saat itu dia mengalami keguguran akibat rendahnya kadar progesteron dalam darahnya, sehingga sang janin tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Total tiga kali istriku mengalami keguguran, sebelum akhirnya keluar Gaby di tahun 1997.
 
Selesai makan pagi, kami langsung mengunjungi Red Square atau Lapangan Merah. Lapangan Merah ini adalah pusat atraksi turis yang utama di kota Moskow. Nama merah ternyata bukan karena dikelilingi oleh tembok yang berwarna merah atau berasosiasi dengan warna Partai Komunis, tetapi berasal dari kata "krasnaya" dalam Bahasa Russia yang berarti merah dan juga memiliki arti lain "cantik". Dulunya Lapangan Merah ini bernama Beautiful Square. Saat ini Lapangan Merah adalah tempat kediaman resmi Presiden Russia di Istana Kremlin, yang terletak di samping Lapangan Merah. Jaman dulu ini juga jadi pusat kekuasaan kekaisaran Russia, di mana biasanya Kaisar di lantik, menikah dan bahkan dikuburkan di Kathedral Ortodox yang terletak di seputaran Lapangan Merah.
 
Kalau melihat Lapangan Merah, saya jadi teringat Tianamen Square di pusat kota Beijing. Tianamen pernah mencetak sejarah ketika ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang sedang berdemonstrasi menentang kekuasaan Partai Komunis China digilas dengan tank. Tianamen menjadi "merah" oleh darah para mahasiswa yang gugur saat itu.
 
Sesampai di Lapangan Merah, semua peserta tour yang berjumlah 26 orang sibuk berfoto ria. Saya sendiri ndak mau kalah. Dengan modal kamera 1 Dx, saya diuntungkan karena saya membawa tiga model cantik yang gemar di foto, yaitu istri dan kedua anakku. Apalagi langitnya biru berawan, sesuatu yang mustahil bisa saya dapatkan di Jakarta. Di Jakarta langit selalu putih meplak atau abu-abu tertutup awan.
 
Di samping Lapangan Merah ada sebuah Mall yang bernama Gum. Desain interior dalamnya sangat indah dan dipenuhi dengan bunga-bunga warna-warni di selasar tempat pengunjung berjalan. Mall nya sendiri tidak terlalu besar, dibandingkan dengan mall-mall raksasa di Indonesia. Tetapi belum pernah saya melihat mall secantik ini. Mall ini didirikan pada tahun 1892 dan saat ini hanya menjual barang-barang branded nomer wahid. Berjalan mengelilingi mall tersebut, saya tidak melihat ada satupun pengunjung yang berbelanja. Semuanya menikmati keindahan mall nya sambil jeprat-jepret foto. Dalam hati aku berguman, dari mana toko-toko ini bisa hidup ya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Jerry, sang tour leader, bahwa Mall Gum ini lebih mirip Musium barang-barang branded, karena pengunjungnya cuman lihat-lihat dan ndak belanja apa-apa.
 
Selesai berfoto ria di Lapangan Merah dan Gum Mall, kami mengunjungi Armoury Chamber Museum. Ini adalah Musium tertua di Russia yang didirikan pada tahun 1808 dan terletak di seputaran kawasan Kremlin. Dulunya tempat ini adalah pusat kerajinan senjata, perhiasan dan barang-barang mewah yang diproduksi khusus untuk kekaisaran Russia. Ely, local guide kita selama di Moskow menjelaskan dengan bening satu-persatu barang yang ditampilkan di museum tersebut, mulai dari pakaian para kaisar dan terutama permaisuri, baju-baju perang yang terbuat dari besi dan bobotnya bisa mencapai 20 -30 kg, kereta-kereta kencana yang dahulu digunakan oleh para Kaisar dan keluarganya.
 
Jaman dulu kekaisaran Russia memang salah satu kekaisaran terbesar dunia. Wilayah kekuasaannya tidak sebesar kekaisaran Mongolia di abad 11 - 14, tetapi setara dengan kekaisaran Rumania dan Turki. Benda-benda peninggalan kekaisaran itulah yang dipamerkan di museum tersebut. Kita sebenarnya dulu juga memiliki kerajaan yang sangat disegani di seluruh dunia, yaitu Kerajaan Majapahit. Bahkan pada jamannya, kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang terbesar di dunia. Wilayah kekuasaannya bahkan sampai mendekati daratan China. Sayang hampir semua peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit, terutama bangunan-bangunan bersejarahnya runtuh total. Hampir tidak ada yang tersisa kecuali Candi Borobudur dan candi Prambanan. Saya sendiri sudah pernah mengunjungi Armoury Chamber Museum waktu berkunjung ke Russia tahun 2004 dengan pak Hendra Purnomo. Jadi minimal sudah pernah mendengar penjelasan detail tentang museum ini sebelumnya.
 
Sebelum melanjutkan perjalanan memasuki Katedral Santo Basil dan dua katedral lainnya, kami makan siang di sebuah restaurant lokal Moskow yang sangat tua. Sebagian peserta tour kelihatannya masih kagok dengan masakan Russia. Menu makan siang diawali dengan Russian gulas soup dan main course Beef Stroganoff, semacam semur daging sapi yang disiramkan ke kentang rebus dan ditutup dengan kopi dan ice cream. Sebenarnya aku kepingin mencicipi makanan khas Russia lainnya dengan pesan tambah atas biaya sendiri. Sayang waktunya sangat mepet, sehingga tidak memungkinkan saya order tambahan.
 
Jalanan mbalik ke Kremlin cenderung macet, terutama disebabkan oleh pekerjaan pembuatan trotoar untuk pedestrian yang memakan bahu jalan. Saat ini seluruh kota Moskow lagi dibangun pedestrian walk secara besar-besaran. Ternyata di balik tujuan menyediakan sarana jalan kaki yang nyaman, pembangunan ini kemungkinan terkait dengan istri walikota Moskow yang memang memiliki usaha di bidang manufacturing concrete block, yang saat ini digunakan untuk membangun pedestrian walk. Rak bedo adoh dengan praktik-praktik serupa di tanah air. He....
 
Ada satu lagi yang menarik dan perlu menjadi pelajaran bagi warga Jakarta, yaitu bahwa 90 persen lebih warga kota Moskow tinggal di apartemen. Selama 2 hari menjelajahi Moskow aku memang belum pernah "ketemu" rumah penduduk. Tidak semua apartemennya adalah high rise building. Bahkan sebagian besar adalah apartemen low rise dengan 4 atau 5 lantai saja, semacam rusunami di Jakarta. Ini perlu diterapkan di Jakarta untuk menata perkampungan kumuh yang tersebar merata hampir di seluruh Jakarta.
 
Sesudah makan siang kami mengunjungi Katedral Santo Basil yang juga terletak di kawasan Lapangan Merah. Katedral ini adalah gereja ortodox yang bentuk bangunannya seperti bawang, sebagai simbol posisi unik Russia di antara pengaruh Eropa dan Asia. Katedral ini dibangun antara tahun 1555 sampai 1561 atas prakarsa Ivan IV Vasilyevich, yang terkenal dengan nama Ivan the Terrible, sebagai peringatan atas kemenangan pasukan Tsar Russia atas pasukan Tartar dari Mongolia yang sudah menjajah Russia selama sekitar 300 tahun. Mr. Ely, local guide kami, menggambarkan kemenangan ini sangat heroik dan membanggakan. Dia mengatakan inilah bukti kekaisaran Russia berhasil mengalahkan dan mengusir pasukan Tartar dari Mongolia, sebagai kekaisaran terbesar di dunia. Sebuah kebanggaan yang wajar seorang warga negara terhadap sejarah besar negaranya. Tetapi kalau kita cermati perjalanan sejarah, di pertengahan abad 16, Kerajaan Mongolia emang sudah jauh lebih lemah dibandingkan masa kejayaannya di abad 11 sampai 15. Bahkan saat itu kekaisaran Mongolia sudah dikuasai oleh suku Han (kerajaan Tiongkok). Jadi ya wajar aja kalau bisa dikalahkan oleh Russia di pertengahan abad 16, wong sakbenere sudah "habis masa edarnya". He.....
 
Ada hal lain yang menarik soal Katedral Santo Basil ini. Menurut legenda, Ivan the Terrible memerintahkan untuk mencukil mata arsitek yang membangun katedral ini, yaitu Postnik Yakovlev, agar arsiteknya menjadi buta dan tidak bisa membangun bangunan yang sama atau lebih indah di tempat lain. Konon ini menjadi tradisi "petaka" yang dialami para arsitek yang merancang bangunan-bangunan besar di Russia tempo dulu. Kasihan juga ya, namanya melambung tapi trus jadi orang buta.
 
Ada beberapa hal yang berbeda antara gereja ortodox dengan gereja katolik yang selama ini saya kenal. Gereja ortodox tidak mengakui kekuasaan Paus sebagai pemimpin tertinggi umat katolik di dunia. Mereka punya "Paus" sendiri yang disebut sebagai Patriark dan pusat kekuasaan gereja kristen ortodox adalah di kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) Turki. Saat ini jumlah penganut kristen ortodox diseluruh dunia berjumlah 300 juta orang, dan dipimpin oleh Patriark Ekumenis Bartolomeus I dari Konstantinopel.
 
Perbedaan lain adalah ruangan gerejanya yang konon tidak memiliki tempat duduk seperti layaknya kita lihat di gereja-gereja di Indonesia. Jadi bentuknya seperti masjid yang juga tidak ada tempat duduknya. Ini mungkin akibat pengaruh dari budaya Islam di mana Istanbul yang menjadi pusat gereja ortodox sekaligus adalah titik temu budaya kristen dan islam. Bentuk salibnya pun berbeda dengan salib yang biasa kita kenal. Salib di gereja ortodox terdiri dari sebuah tiang vertikal dan 3 palang horizontal. Palang paling atas yang pendek menggambarkan tulisan INRI yang berarti Jesus raja orang Yahudi yang berasal dari Nazareth. Palang kedua yang panjang adalah palang tempat memaku kedua tangan Jesus. Palang ketiga di bagian bawah yang pendek adalah tempat memaku kedua kaki Jesus. Dalam tradisi ortodox diyakini bahwa Jesus disalib dengan kaki terpisah kiri dan kanan, bukan dipaku pada satu kaki seperti diyakini oleh ummat kristen dan katolik mainstream di Indonesia dan dunia.
 
Dari sisi arsitektur, perbedaan lain yang menarik adalah gambar-gambar yang dilukis di dinding gereja. Gambar di gereja, terdiri dari 5 baris gambar. Baris paling bawah sebelah kiri menggambarkan kehidupan surga dan kanan kehidupan neraka. Gambar baris kedua menggambarkan kehidupan Maria dan Joseph, mulai dari sebelum Jesus lahir sampai masa Jesus. Baris ketiga ini yang menarik, menggambarkan kehidupan ayah dan ibu Maria. Dalam kitab suci agama Kristen main stream hal ini tidak diceritakan. Jadi kesimpulan saya gereja kristen orthodox memasukkan injil James (Yakobus) sebagai kitab suci. Hanya di injil James (Yakobus) inilah diceritakan kehidupan orang tua Maria.
 
Sebelum mengakhiri tour di kawasan Kremlin, kami juga mengunjungi Ark Angel Michael Church. Di gereja ini dikuburkan para tokoh-tokoh kekaisaran Tsar, termasuk Ivan I (Ivan the Great). Total ada 50 jenasah dimakamkan di gereja ini, sebelum kemudian ibukota pemerintahan Russia dipindahkan ke Saint Petersburg oleh Peter the Great. Sejak saat itu tidak ada lagi pemimpin Russia yang dikuburkan di gereja ini. Bangsa Russia ini memang bangsa yang punya sejarah panjang. Dan tour ke Russia hakekatnya adalah historical tour, yang mengunjungi dari satu musium ke musium lainnya.
 
Acara hari ini ditutup dengan melihat atraksi sirkus yang menjadi pertunjukan andalan kota Moskow. Buat saya di luar atraksi akrobatiknya, pertunjukan sirkusnya sih biasa-biasa saja. Apalagi badan sudah pegal digenjot seharian dengan menenteng kamera, 2 lensa, flash dan botol minuman. Sesampai di hotel langsung terkapar dalam mimpi.