Senin, Juli 13, 2015

Ramadhan Holiday 2015 - Day 4 - Saint Petersburg

Ramadhan Holiday 2015 - Day 4 - Saint Petersburg
 
Memasuki hari keempat liburan kali ini biological clock saya sudah mulai menyesuaikan dengan jam di Moskow. Saya ndak terbangun pagi-pagi buta seperti kemarin gara-gaja efek jetlag. Atau jangan-jangan karena kelelahan kemarin. Entahlah, yang penting badan terasa segar sesudah tidur nyenyak semalam. Kata pepatah China kuno, hidup akan nikmat dan bahagia bila bisa "tidur nyenyak, makan enak dan buang air lancar". Alhamdulillah.
 
Pagi ini kami dibangunkan jam 6 karena hari ini kami terbang dari Moskow ke Saint Petersburg. Penerbangannya sendiri hanya 1 jam dan 10 menit karena jarak kedua kota ini sekitar 723 km. Katanya kalau naik kereta bisa ditempuh dalam waktu 4 jam. Wow, asyik juga tuh harusnya nyicipin naik kereta cepat di Russia. Sayang ini bukan termasuk dalam jadwal tour. Saya sih yakin Russia memiliki tehnologi perkereta-apian yang sangat maju. Kemarin saja waktu mencoba Metro subway, keretanya berjalan cepat dan rasanya jauh lebih cepat dibandingkan MTR di Singapore dan Hong Kong. Biasanya tehnologi ini sejalan dengan tehnologi persenjataan (logam) di mana Russia memang pemasok senjata terbesar kedua di dunia.
 
Setelah bersama selama 4 hari, kami sudah mulai saling mengenal anggota-anggota tour lainnya. Total ada 26 peserta tour. Yang paling menarik adalah seorang "oma" yang usianya sudah 83 tahun, tetapi masih tampak sehat dan bugar untuk ikutan tour. Selama dua hari ini saya lihat si oma ndak pernah melewatkan satu pun acara tour. Dia berjalan sejauh anggota tour lainnya dan tampaknya oke-oke aja. Saya jadi teringat mamah saya di rumah. Usianya mirip, dan kebetulan besok adalah hari ulang tahunnya yang ke 84 tahun. Gara-gara stroke yang dideranya hampir 16 tahun silam, kondisi kesehatannya banyak menurun. Kasihan sekali, mamah sekarang hanya bisa tergolek tidur dan duduk di kursi roda. Pikirannya udah agak pikun akibat deraan penyakit dimensia alzhaimer. Padahal dulunya dia adalah wanita paling gagah yang saya kenal. Sebagai seorang anak, saya belum berhasil membahagiakan mamah. Coba kalau dia masih sehat saat ini, pasti dia akan senang kalau aku ajak jalan-jalan keliling dunia ya. Sayang ya ketika aku sudah punya kehidupan yang lebih baik, wanita yang melahirkanku sudah tidak bisa menikmati kehidupan yang lebih baik. Aku menitikan air mata ketika menulis ini dalam penerbangan dari Moskow ke Saint Petersburg. Tepuk tangan para penumpang yang memberikan applause kepada pilot yang berhasil mendaratkan pesawat dengan mulus di bandara di Saint Petersburg, menyadarkan lamunanku tentang mamah. Malam ini akan kutelepon dia untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun.
 
Kembali ke soal "Oma Perkasa" yang ikutan tour, dia berangkat dengan ketiga anaknya. Pagi ini aku sempat menyapa waktu ketemu di lift. Si Oma bilang, "ya masih kuat jalan, cuman matanya yang sudah kabur dan berair." Kasian dia, capenya sama dengan kita, bahkan karena usianya pasti lebih terasa cape dibandingkan kita yang muda-muda. Tapi mungkin ndak bisa sebanyak kita dalam menikmati pemandangan karena matanya yang kabur. Untung si Oma ndak pikun. Kalau pikun bakalan lebih parah lagi, ntar pulang-pulang udah lupa. He.... makanya kalau emang punya dana liburan yang cukup disarankan untuk liburan ke tempat-tempat yang jauh selagi masih sehat. Jadi bisa menikmati liburan dengan sempurna. Kalau dah tua, badan sulit diajak kompromi. Mendingan ambil liburan yang isinya leyeh-leyeh santai aja. Toh semuanya sudah pernah dikunjungi waktu muda. Begitu teorinya.
 
Udara dingin menyambut kedatangan kami di kota Saint Petersburg. Suhu udara menunjukkan 13 derajad celcius. Padahal ini adalah musim panas. Ndak terbayangkan kalau musin dingin bisa sedingin apa. Saint Petersburg adalah kota terbesar kedua di Russia. Kota ini pernah menjadi ibukota Russia sejak Peter the Great memindahkan ibukotanya dari Moskow ke Saint Petersburg tahun 1721. Saat itu Peter the Great memproklamasikan dirinya sebagai Kaisar (Tsar) dan menjadikan Russia menjadi kekaisaran. Alasan pemindahan ibukota ini adalah karena menurut Peter the Great, Moskow terlalu berbau "east" dan kurang berbau Eropa. Padahal Peter sangat menyukai segala sesuatu yang berbau Eropa. Dia ingin menjadikan Russia sebagai bagian dari Eropa, bahkan pusat kebudayaan Eropa.
 
Kota ini dirancang akan meniru Venesia at the North tahun 1703. Kota ini dibelah oleh sungai Neva yang melintasi tengah kota Saint Petersburg. Jumlah penduduknya sekitar 7.5 juta penduduk. Nama kota ini pernah diganti menjadi Petrogard saat perang dunia pertama tahun 1914, karena menghindari nama German (Petersburg) sebagai musuh Russia. Di jaman pemerintahan Lenin, namanya sempat diubah menjadi Leningrad, dan kembali menjadi Saint Petersburg di tahun 1991. Pada tahun tersebut ibukota dipindahkan lagi ke Moskow.
 
Peter the Great juga merubah cara berpakaian orang Russia. Dulunya orang Russia senang memakai pakaian panjang dan tebal. Oleh Peter the Great cara berpakaian diubah menjadi lebih simple dan casual. Dia juga merubah filosofi "kemakmuran" dari gemuk menjadi lebih kurus dan lebih sexy. Dia juga memaksa orang-orang Russia untuk memotong jenggotnya. Kalau menolak maka akan dikenakan "pajak jenggot" yang sangat tinggi. Padahal dulunya jenggot adalah lambang kesuksesan seseorang. Semakin panjang jenggotnya semakin tinggi status sosialnya. Yang menarik adalah anaknya sendiri, yaitu Pangeran Alexi, dibunuh oleh Peter the Great karena menolak "perubahan budaya" yang diprakarsainya.
 
Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di dunia, pusat kota Saint Petersburg tidak didominasi oleh bangunan-bangunan tinggi. Bangunan di pusat kota Saint Petersburg tidak ada yang berupa high rise building. Jaman dulu semua bangunan tidak boleh melebihi ketinggian istana kekaisaran Tsar Russia. Ini mirip dengan kondisi di Bali dimana bangunan tidak boleh lebih tinggi dari ketinggian Pura.
 
Acara tour di Saint Petersburg diawali dengan makan siang dengan ala Russia. Kalau kemarin disajikan Beef Stroganoff, hari ini disajikan Chicken Stroganoff. Saya penasaran, apa emang makanan Russia itu cuman Stroganoff. Ternyata Stroganoff adalah nama orang terkaya di Russia di abad 19an. Mr. Stroganoff sangat kaya dan menguasai banyak sekali bisnis dan properti di Russia, terutama di Saint Petersburg. Semur daging potong kecil-kecil yang disiram di atas kentang rebus itu ternyata sengaja dibuat karena Mr. Stroganoff tidak bisa menelan potongan daging yang besar. Karena hampir setiap hari Chef memasak daging kecil-kecil maka makanan itu terkenal dengan nama Stroganoff.
 
Sama seperti di Moskow, di Saint Petersburg saya juga tidak pernah melihat rumah penduduk. Semuanya tinggal di apartment, mulai dari yang sederhana, sampai yang super mewah. Jaman USSR dulu semua apartemen di nasionalisasi oleh negara dan dibagikan secara gratis kepada penduduk. Kalau sekarang tentu saja harus membeli. Harga apartment 3 kamar seluas 179 m persegi di Saint Petersburg untuk kelas biasa sekitar USD 150.000, sedikit lebih murah dibandingkan harga apartment sejenis di Jakarta. Kalau di Moskow masih terlihat outdoor unit di hampir semua unit apartemen, di Saint Petersburg kelihatannya tidak semua apartement butuh AC. Udara di kota ini relatif lebih dingin dibandingkan Moskow karena letaknya memang lebih ke utara.
 
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Saint Isaac Cathedral. Gereja ini adalah gereja orthodox terbesar di dunia dan Kathedral terbesar keempat di dunia. Gereja ini didirikan selama 40 tahun, dari tahun 1818 sampai 1858. Gedung ini dirancang oleh arsitek Perancis Auguste de Monferrand, yang wafat 2 bulan sesudah bangunan ini selesai didirikan. Buat saya pribadi, ini adalah bangunan gereja yang termegah yang saya pernah lihat. Ornamen-ornamen di dinding dan atapnya benar-benar mewah dan luar biasa. Kubahnya setinggi 101.5 m dilapisi dengan emas murni. Konon untuk menopang fondasinya, dibutuhkan 25.000 tiang pancang yang ditanam untuk mengeraskan tanah agar bangunan tidak amblas. Selama perang dunia kedua, bagian eksterior gereja ini di cat dengan warna abu-abu untuk menghindari gempuran dari musuh. Sesudah perang usai, cat abu-abunya dikelupas dengan ternik tertentu untuk mengambalikan warna aslinya.
 
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah State Hermitage Museum yang merupakan museum kesenian dan budaya terbesar dan tertua di dunia. Museum ini didirikan oleh Catherine the Great pada tahun 1764 dan dibuka untuk publik tahun 1852. Di Hermitage Museum terdiri dari 6 bangunan bersejarah, di antaranya Palace Embankment dan Winter Palace yang merupakan istana musim dingin kekaisaran Russia. Di mata saya yang kurang terlalu menyukai sejarah yang berisi nama-nama, bentuk museum ini sangat mirip dengan Istana Versailes di Perancis. Ada ratusan ribu benda bersejarah dipamerkan di museum tersebut. Bahkan saking banyaknya ada anekdot yang mengatakan bahwa apabila setiap benda bersejarah di"pentelengi" ada selama 1 menit, maka membutuhkan waktu hampir 10 tahun untuk melihat seluruh benda yang dipamerkan. Wow..... tapi tentu saja kami tidak perlu waktu sepanjang itu. Hanya dalam tempo kurang dari 2 jam, kami menyelesaikan museum tour kami. Sangat efisien. Ha....
 
Gedung bersejarah ketiga yang kami kunjungi adalah The Church of the Savior on Spilled Blood yang terkenal juga dengan nama Cathedral of the Spilt Blood atau Cathedral of the Resurraction of Christ. Katedral ini didirikan pada tahun 1883 oleh Kaisar Alexander III sebagai peringatan atas lokasi di mana Kaisar Alexander II terluka dan wafat akibat lemparan bom dalam pertempuran di tahun 1881, tetapi pembangunannya baru selesai di jaman Kaisar Nicolas II pada tahun 1907. Ukurannya dan kemewahannya tidak semegah katedral Saint Isaac, tetapi bagi orang Russia katedral ini punya sejarah yang penting bagi negaranya.
 
Yang paling menarik adalah tempat terakhir yang kami kunjungi, yaitu the Peter and Paul Fortress. Walaupun dibuat sebagai benteng, namun sebenarnya "benteng" ini lebih banyak dipakai dibagai benteng pertahanan, tetapi sebagai penjara dan tempat tahanan politik. Di benteng ini anak Peter the Great yang menentang reformasi, yaitu Alexi, dipenjarakan dan disiksa sampai meninggal. Di dalam benteng didirikan sebuah katedral, yaitu the Peter and Paul Cathedral yang dijadikan kuburan para kaisar Russia mulai dari Peter I sampai Alexander III.
 
Sangat beruntung bahwa kami berkesempatan menyaksikan ibadah di katedral orthodox tersebut. Kami amati dalam ibadah tersebut, sang Imam menghadap ke altar, bukan ke umat seperti pada ibadah gereja Kristen mainstream atau Roman Catholic. Menurut catatan sejarah dulunya gereja katolik juga menerapkan cara yang sama. Sejak konsili vatican ke 2, konsep ibadahnya diubah di mana Imam menghadap ke umat agar bisa lebih komunikatif. Semua pengunjung perempuan di gereja tersebut menggunakan jilbab yang namanya Mantila, dan juga kakinya ditutupi semacam sarung kalau pakai celana pendek. Saya amati cara tanda salibnya juga berbeda, dari atas, bawah, kanan dulu baru kiri. Juga ada ritual membungkuk seperti orang sholat. Menurut perkiraanku, ini adalah pengaruh dari tradisi muslim, karena memang gereja orthodox berpusat di Konstantinopel (Istanbul) yang merupakan pusat pertemuan budaya Kristen dan Muslim di dunia.
 
Acara hari ini ditutup dengan makan malam "semi Chinese food" yaitu Harbin Russian Restaurant. Banyak wajah-wajah ceria melihat nasi setelah beberapa kali cuman ketemu makanan ala "stroganoff".