Selasa, April 28, 2009

Jamillah dan Sang Presiden

Resensi Film
Semalam saya dan beberapa rekan kerja di salon diundang oleh Ibu Raakhee Punjabi menghadiri pemutaran perdana film berjudul Jamila dan Sang Presiden di FX. Awalnya saya males untuk hadir karena “my body is not delicious” akibat jet lag dari Nigeria. Hanya karena alasan sosial kami memutuskan untuk hadir.

Tadinya saya pikir yang penting nongol sebentar, ramah-tamah, lalu ngeloyor pulang. Sesampainya di lt 7 FX, saya sedikit terhibur menyaksikan banyak pemandangan “bening-bening” para artis sinetron muda, yang namanya ndak saya kenal. Yang jelas bening dan membuat mata ngantuk saya rodho terbuka. Beberapa tokoh seperti mantan gubernur DKI bang Suti, pimred Tempo Fiki Jupri dan beberapa orang lainnya juga tampak hadir. Setelah santap malam dan seteguk dua teguk red wine, saya mencoba bercakap dengan beberapa tamu undangan yang laen. Mendengar percakapan mbak Christine Hakim, sebagai salah seorang pemeran utama dalam film tersebut, dalam menjawab beberapa pertanyaan media, saya jadi penasaran, seperti apa sih film yang judulnya radha aneh di telinga saya. Apa ada kaitannya dengan carut-marutnya pemilu legislatif dan hiruk-pikuknya koalisi menjelang pemilihan presiden. Apalagi waktu saya tahu bahwa sutradaranya adalah mbak Ratna Sarumpaet dan pemain lainnya adalah Ria Irawan. Keduanya adalah orang-orang teater yang saya kagumi. Si pemeran utama tokoh Jamilah adalah Atika Hasiholan, yang merupakan anak dari Ratna sendiri, hadir juga di situ dan “bening”. He.. Akhirnya kami memutuskan untuk bertahan dan menonton film tersebut. Saya terkejut mengikuti alur cerita film yang menggunakan konsep narasi flash back menceritakan perjalanan hidup seorang pelacur bernama Jamila. Belum pernah Multivision Plus membuat film layar lebar yang tergolong cukup berat dan berani. Film ini diangkat dari novel Pelacur dan sang Presiden, dan ditampilkan dalam format teater mengangkat masalah human trafficking yang menjadi persoalan moral bagi Indonesia. Film ini mengandung pesan moral bagi para anggota legislatif terpilih dan calon presiden terpilih agar tidak mengabaikan masalah human trafficking di Indonesia yang semuanya bermuara pada kemiskinan. Juga sindiran bagi para tokoh yang sering mempolitisir agama atas nama “mempertahankan moral”. Film ini layak untuk ditonton. Salut buat Ibu Raakhee dan Multivision Plus.