Rabu, Agustus 22, 2012

Day 4

Day 4, August 20, 2012 Tepat jam 6 pagi telepon berdering. Padahal mata masih lengket dan punggung belum benar-benar lurus. Ternyata anak-anak sudah pada siap. Si kecil Eugenia sudah rapi dan Gaby juga sudah keramas. Bini udah bau wangi. He..... Ini adalah hari pertama tour yang sebenarnya. Kami akan menempuh perjalanan dengan bus bersama rombongan yang ternyata berjumlah 48 orang menuju ke Washington DC. Tour Leader kami bernama Steven, seorang anak muda bertubuh gempal yang kelihatannya cukup berpengalaman. Memang seharusnya dibutuhkan TL yang bagus untuk bisa membawa rombongan sebesar ini. Perjalanan dari NY ke DC memakan waktu 4.5 jam termasuk 2 kali stop buat down load kencing. Sepanjang perjalanan Tour Leader Steven menceritakan sedikit tentang sejarah Amrik. Pengetahuannya mengenai Presiden-Presiden keren Amrik cukup luas, mulai dari presiden paling berjasa memerdekakan Amrik, yaitu George Washington, Presiden yang berhasil membebaskan Amrik dari perbudakan Abraham Lindcoln yang kemudian meninggal ditembak lawan politiknya ketika sedang menyaksikan opera, Presiden Thomas Jefferson yang berhasil memperluas wilayah Amrik serta Presiden Barrack Obama yang merupakan Presiden Amrik pertama keturunan Afro America. Waktu menceritakan kisah Lindcoln, saya jadi ingat sebuah film yang sangat bagus dengan latar belakang apartheid yang menceritakan tentang ditemukannya cara pengobatan baby blue yang berjudul "Somethings the Lord Made". Film itu sangat bagus dan menyentuh yang saya tonton dan buat resensi filmnya sebagai salah satu tugas mata kuliah Knowledge and Change Management waktu saya menyelesaikan study doktoral. Film tersebut menggambarkan bagaimana perjuangan seorang kulit hitam yang bekerja sebagai laboran berhasil menemukan cara mengoperasi baby blue, bayi yang baru lahir dengan kelainan jantung, tetapi sama sekali tidak mendapatkan penghargaan sama sekali hanya karena kulitnya yang hitam. Thanks to Lindcoln yang berhasil memperjuangkan penghapusan apartheid walaupun harus dibayar dengan nyawanya. Juga tentu saja ndak boleh dilupakan jasa Martin Luther King Sr dan Jr yang juga merupakan tokoh legendaris yang juga membayar keberhasilannya dengan nyawanya. Obyek wisata yang kami kunjungi setelah selesai makan siang di Japanese Steak, adalah Capitol Building, tempat para parlemen Amrik bersidang. Gedungnya cukup megah dan kami sempat foto-foto di depannya. Dari situ kami menuju ke the White House, yang warnanya putih dan bisa kami liat dari jarak lumayan dekat. Ternyata White House yang merupakan pusat kekuasaan Amrik tidak megah-megah amat. Istana Negara menurutku juga ndak kalah. Ada dua kisah menarik yang terjadi ketika kami mengunjungi White House. Yang pertama adalah ketika saya menyorongkan lensa 16-35 mm saya menjulur masuk ke jeruji besi yang membatasi pengunjung agar bisa mendapatkan gambar White House tanpa terhalang pager jeruji. Anakku yang kecil, si Eugenia langsung teriak, "Daddy ada tentara mau nembak you dari jauh". Kaget bener aku, ternyata emang ada sniper yang mengarahkan senjata dari posisi merunduk di semak-semak di kejauhan. Ya mungkin sekedar neropong dari tele senjatanya, untuk memastikan bahwa yang aku sorongkan melewati jeruji adalah lensa kamera dan bukan senjata pelontar. Toh aku ndak melakukan kesalahan apa-apa dan ndak mungkin ditembak karena emang tidak ada larangan apapun untuk itu. Di sampingku juga ada beberapa polisi berseragam yang berkeliaran mengamankan lokasi. Yang kedua adalah soal adanya 2 tenda keprihatinan yang masing-masing dijaga oleh 2 orang demonstran yang menghadap ke gedung putih. Jelas-jelas keberadaan 2 demonstran solo tersebut mengganggu pemandangan, tetapi mereka tidak diusir apalagi ditangkap. 2 mobil polisi standby di dekat tenda tersebut dan hanya mengawasi saja. Saya sempat ajak mereka ngobrol. Konon keduanya sudah lebih dari 3 bulan berturut-turut menggelar "dagangan" persis menghadap gedung putih. Yang satu mengusung tema tentang korupsi yang dilakukan para birokrat Amrik dalam kaitannya dengan skandal yang melibatkan mega corporation. Tag line dia adalah "US is NOT for SALE". Saya jadi ingat resensi buku Supercapitalism karangan Robert Reigh yang juga banyak mengungkap soal dampak negatif dari kapitalisme yang kebablasan. Yang satu lagi mengusung teman anti nuclear, dengan memajang foto-foto korban nuklir yang bahkan mengalami mutasi genetika. Gaby dan Eugenia sempat foto-foto bareng kedua demonstan tersebut. Dalam hati aku bertanya-tanya, kok bisa ya kedua demonstran solo tersebut tidak diusir. Dari gedung putih kami melintasi Monumen Jefferson yang terlihat dari dekat. Warna putih pada monumen itu belang antara bagian bawah dan atasnya. Konon memang pembangunan monumen tersebut sempat tertunda 20 tahun karena krisis. Mbuh bener po ora penjelasan Tour Leader tersebut. Obyek berikutnya adalah melihat Monumen Perang Korea. Di mataku yang ndak paham sejarah Amrik, itu cuman kumpulan beberapa patung tentara dengan ukuran sedikit lebih besar dari tinggi orang dewasa, yang berdiri memegang senjata di taman yang luasnya hanya 400an meter persegi. Monumen Lubang Buaya di Jakarta menurutku lebih bagus. He.... Berikutnya adalah Monumen Perang Vietnam. Yang kami lihat adalah patung 3 orang yang mewakili ras Amerika yang konon sangat berjasa dalam perang Vietnam, yaitu ras kulit putih (bule), ras kulit merah (meksiko) dan ras kulit hitam (negro). Katanya bendera Amrik yang tiga warna juga merupakan simbol dari jasa ketiga ras tersebut. Aku rak ngerti sejauh mana kebenarannya. Cuman logikanya khan perang Vietnam itu berakhir di 1976, sednagkan Amrik merdeka di tahun 1776. Mestinya bendera muncul duluan dibandingkan perang vietnam ya. Di dinding hitam sepanjang hampir 200 meter digrafir nama-nama tentara Amrik yang tewas dalam perang tersebut. Konon jumlahnya lebih dari 58.000 orang. Bagiku, kembali lagi yang ndak ngerti sejarah Amrik, perang Vietnam adalah "operasi logistik" terbesar di dunia di abad modern. Selama 20 tahun Amrik memindahkan alat-alat perang dan puluhan ribu bahkan ratusan ribu pasukkannya lintas benua dari Amrik ke Vietnam. Dari sisi Strategic Management, kemajuan ilmu pengetahuan di bidang Functional Operation Strategy mengalami kemajuan yang sangat luar biasa berkat adopsi penemuan-penemuan di militer yang kemudian di aplikasikan dalam dunia bisnis. Salah satu yang paling momumental adalah pemakaian kontainer dalam pengangkutan barang via kapal yang mampu meningkatkan perdagangan barang lintas negara. Kontribusi perang Vietnam yang kedua adalah di bidang medis, yaitu penanganan dan penyembuhan paska operasi bedah yang ternyata jauh lebih cepat dibandingkan dengan yang tradisional. Obyek terakhir adalah Lindcoln Memorial yang berupa bangunan segi empat dengan pilar-pilar besar nan megah dan patung Lindcoln di dalamnya. Saya yakin tour historic ini akan jauh lebih menarik bila kami didampingi oleh Local Guide yang memang benari-benar mengerti dan memahami sejarah Amrik. Menurut Stevan, TL kami, ATS di Amrik emang ndak pakai local guide karena biayanya mahal sekali. Saya setuju untuk tempat-tempat wisata lainnya emang mungkin ndak perlu, tapi kalau di Washington rasanya itu kebutuhan mutlak. Otherwise we can just see another building without understanding the real history behind. Acara tour hari ini diakhiri dengan makmal di Korean BBQ resto. Menunya cuman satu, yaitu potongan daging sapi tipis yang dibakar, mirip seperti yang sering kami nikmati di Omori Resto gedung Mandiri di seputaran bunderan HI. Saya melihat beberapa peserta tour kurang bisa menikmati hidangan. Mungkin mereka ndak doyan sapi dan sudah kangen ama sapi pendek alias babi yang haram. He.... Sebotol soju menemani makan malamku, mebuat tubuh terasa hangat dan kepala agak nglieng sedikit. Cocok sebagai pengantar tidur. Kami bermalam di Hyatt Hotel Washington DC. Namanya sih keren, Hyatt, tapi hotelnya sudah sepuh bahkan indikator liftnya sering loncat-loncat sendiri. Selama beberapa hari ini saya amati hotel-hotel pilihan ATS cukup nyaman, dengan ruangan besar, tapi cenderung tua dan biasanya lokasinya di pinggiran kota. Malam ini pertama kalinya kami sekeluarga mendapatkan connecting rooms di lantai 12.