Ramadhan Holiday 2015 - Day 2 - Enroute Instanbul Moskow
Transit 3 jam di Istanbul Turki lumayan buat melempengkan boyok. Kalau istri dan anak-anak berburu "duty free" window shopping, saya dan Jimmy lebih memilih mencari tempat semedi yang bisa merokok. Seperti biasa, di bandara manapun juga, smoking roomnya pengap penuh asap rokok. Yah beginilah nasib perokok. Menghirup asap, melegakan pikiran. Ha....
Bandara international Attaturk Istanbul tergolong kumuh bila dibandingkan dengan para pesaingnya, seperti Dubai dan Doha. Ketiganya saat ini bersaing untuk memperebutkan posisi strategis sebagai "penghubung" benua Asia dan Eropa. Doha banyak sekali berbenah diri menyambut Piala Dunia tahun 2022. Bandaranya kini mewah sekali dan business class loungenya mungkin adalah lounge yang terbesar di antara bandara-bandara kelas atas dunia. Sementara di Istanbul masih kuno, walaupun tentu saja lebih mendingan dibandingkan bandara Soekarno - Hatta yang udah mirip terminal Pulo Gadung.
Perjalanan dilanjutkan lagi dengan pesawat yang lebih kecil Airbus 321 200. Pesawatnya masih relatif baru, buatan tahun 2014. Saya tahu data manufacturing date ini dari "plakat" yang biasanya terpampang di pintu masuk pesawat. Sudah menjadi kebiasaan bagiku mencari dan mengamati plakat tersebut karena pengin tahu kapan pesawat yang kunaiki dibikin. Ntar jangan-jangan seperti pesawat Herkules milik TNI AU yang gagal take off di Medan. Ternyata pesawatnya bikinan tahun 1964, ketika aku belum lahir.
Perjalanan ke Moskow membutuhkan waktu 3 jam lebih sedikit. Ndak tahu apakah pesawat ini akan melewati daerah konflik di Ukraina atau terpaksa belok sedikit demi menghindari roket nyasar seperti yang dialami pesawat naas Malaysia Airline beberapa waktu lalu. Semalam saja saya amati dari info flight di monitor, pesawat dari Jakarta tampak sedikit memutar ke atas sebelum belok kiri menuju ke Istanbul. Tebakanku sih rute semalam itu sengaja dipilih untuk menghindari daerah konflik ISIS di Syria dan Irak Utara. Tragis ya, daerah yang begitu indah kini hancur dilanda konflik. Padahal menurut National Geographic Channel, pernah diungkapkan bahwa surga dunia yang diwakili oleh Taman Firdaus terletak di Irak Utara, dikelilingi oleh 4 sungai, yaitu Efrat dan Tigris (masih ada) dan Phison dan Gihon (sudah ilang). Entah sejauh mana kebenarannya. Tetapi konsep kemewahan sebuah bangunan bila dikelilingi oleh 4 sungai banyak diadopsi dalam arsitektur di abad pertengahan dan modern, seperti Taj Mahal. Cuman ada data lain yang menarik tentang Taman Firdaus. Di taman itu diyakini diri temukan banyak pohon pisang. Ini sesuai dengan nama latin pisang (Musa Paradisiaka) yang berarti buah surga. Kalau data ini benar jangan-jangan Taman Firdaus itu adanya di Indonesia yang kaya akan pohon pisang. Ha....
Tepat pukul 11 kami mendarat di Moskow. Dibutuhkan waktu 2 jam untuk proses imigrasi. Petugas imigrasinya melakukan pengecekan passport dengan sangat teliti, termasuk pakai alat semacam "kekeran" buat melihat keaslian passport dan visanya. Edian tenan. Seorang membutuhkan hampir 5 menit di depan petugas imigrasi. Dari pengalaman saya berkunjung ke banyak negara, biasanya di negara-negara "kurang maju" pengecekannya bahkan justru jauh lebih lama. Entah apa yang mereka cari.
Acara tour di kota Moskow diawali dengan makan siang di Chinese Resto. Menunya sih biasa, typical Chinese Food ala ATS yang lebih banyak sayurnya dibandingkan dagingnya. Ya emang ndak bisa diharapkan menu full set seperti yang kita mau. Ini khan tour, jadi budget makannya sangat terbatas. Dan Chinese food adalah pilihan favorit bagi tour operator (karena murah) dan juga bagi banyak peserta tour. Kalau ikutan tour lewat operator Indonesia, biasanya makanan memang full disediakan, pagi, siang dan malam. Kalau kita ikutan operator tour luar negeri, seperti Cosmos atau Globus, biasanya hanya makan pagi di hotel aja yang disediakan. Makan siang dan malamnya bisa pilih dan tentu saja bayar sendiri. Masing-masing ada sisi positif dan negatifnya.
Selesai makan kita diajak mengunjungi gereja katedral Christ the Savior, yang terletak di sebelah utara sungai Moskva River, sungai terbesar di Russia. Gereja ini memiliki menara setinggi 338 m dan merupakan gereja orthodox yang tertinggi di dunia. Aslinya gereja ini didirikan pada abad 19 dan membutuhkan waktu 40 tahun untuk mendirikannya. Tetapi kemudian dihancurkan total di era komunis di bawah pimpinan Joseph Stalin tahun 1931, dan baru dibangun kembali di tahun 1990an. Ndak ada yang istimewa dari bentuk dan arsitektur gereja ini, karena emang relatif baru, walaupun "sudah lama". Di Eropa banyak sekali gereja-gereja yang benar-benar kuno.
Dari katedral kita mengunjungi Lomonosov Moscow State University. Universitas tertua di Rusia ini didirikan pada tahun 1755. Lokasinya terletak di tengah kota Moskow dan benar-benar sebuah universitas "besar" dalam arti kontribusinya terhadap dunia pendidikan di Russia maupun ukuran lahannya. Luas bangunannya lebih dari 1 juta meter persegi dan terdiri dari 1000 bangunan dan 8 dormitories yang mampu menampung 12.000 mahasiswa. Beberapa tokoh-tokoh Russia maupun USSR adalah alumni universitas ini, di antaranya Mikhail Gorbachev, Anton Chekhov, Andrei Sakharov. Dan tokoh-tokoh dunia seperti Jawaharlal Nehru, Margaret Thatcher dan Bill Clinton mendapatkan gelar Doktor HC dari universitas ini.
Bicara soal Russia dan Strategic Management, saya jadi ingat satu dari tiga nama orang yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu Strategic Management di tahun 1965, yaitu Igor Ansoff. Dialah orang yang pertama kali mencetuskan konsep diversifikasi melalui Matriks 2x2 Product - Market. Dua orang lainnya adalah Andrew yang mencetuskan konsep Business Policy dan Chandler yang mengungkapkan konsep fitness antara Strategy and Structure. Ketiga orang inilah sebagai pencetus landasan keilmuan Strategic Management di tahun 1965.
Kembali ke soal Igor Ansoff, dari namanya jelas sangat berbau Russia. Waktu saya tanyakan ke local guide ketika dia menjelaskan tentang Moskva State University, dia sama sekali belum pernah mendengar nama itu. Padahal nama itu adalah salah satu "dewa" dalam ilmu yang saya dalami. Ketika saya telusuri lanjut, ternyata Igor emang bukan alumni Moskva State University, walaupun dia lahir di Vladivostok di tahun 1918. Ayahnya adalah American born Russian dan ibunya seorang Russia murni. Tetapi riwayat pendidikan Igor Ansoff diawali di US, yaitu NY State University dan menyelesaikan program doktoralnya di Brown university dalam bidang Applied Mathematics. Ketika berkarir sebagai Professor di Graduate School of Industrial Administration at Carnegie-Mellon University, dia mencetuskan konsep diversification dalam bukunya yang berjudul Corporate Strategy di tahun 1965. Inilah pertama kali literatur ilmiah menggunakan nama Strategy, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai Business Policy, dan inilah kontribusi terbesar Igor Ansoff dalam ranah Strategic Management. Jadi ternyata emang ndak ada hubungannya dengan Russia dan Moskva State University.
Acara tour hari ini ditutup dengan makan malam di Hardrock Cafe di Arbat St., Moscow, setelah kita mengunjungi dan mencicipi naik kereta bawah tanah (Metro Line) melewati 3 stasiun di Moskow. Kita nyicipin naik Metro melewati 3 stasiun Blue Line, yang salah satu stasiunnya terletak 80 m di bawah permukaan tanah. Eskalatornya panjang bener dan ribuan atau bahkan puluhan ribu atau bahkan jutaan orang tiap pagi naik dan turun eskalator itu. Sulit dibayangkan seandainya eskalatornya mati, maka badan bisa gempor naik tangga setinggi itu. Jauh lebih berat dibandingkan dengan 60 anak tangga lapangan golf Z nine di Jagorawi Golf Course. Ha.....
Hari kedua ini ditutup dengan check in di hotel Iris Congress Hotel yang terletak di pinggiran kota Moskow. Sebuah hari yang panjang dan cukup melelahkan.