Ramadhan Holiday 2015 - Day 8 - Enroute Stockholm Hamar
Hari ini 15 Juli 2015 adalah hari ke 8 tour Russia Scandinavia. Separuh dari 15 hari total perjalanan telah kita lalui. Masih separuh lagi yang mesti kita jalani dengan senyum. Paruh pertama perjalanan yang banyak diwarnai dengan city tour, monumen, museum, istana dan sejarah telah kita lalui. Meninggalkan hotel Clarion kota Stockholm menuju ke Norwegia untuk memasuki paruh kedua tour ini akan membawa warna yang berbeda. Di Norwegia konon kita akan lebih banyak melihat keindahan alam yang luar biasa. Jadi singkatnya kalau paruh pertama kita mengagumi ciptaan manusia, di paruh kedua kita mengagumi ciptaan Tuhan. Entahlah apakah tour ini memang dirancang seperti itu atau ini sebuah kebetulan belaka.
Acara hari ini adalah nggelinding selama 7 jam di atas bus dari Stockholm sampai ke Hamar. Tidak ada tempat yang kami kunjungi dan benar-benar hanya nggelinding saja. Untuk mengisi kebosanan di atas bus, tour leader kami Jerry, yang juga sering dipanggil Michael, menggunakan kesempatan ini untuk meminta peserta tour untuk saling memperkenalkan diri. Dari total 26 orang peserta tour, ternyata banyak hal menarik yang bisa diceritakan.
Kita mulai dengan sepasang "Om dan Tante" asal Makasar, yaitu pak Renold dan tante jambul Lilia Maramis. Dari ceritanya bahkan pasangan "mimi dan mituna" ini sudah "berpacaran" sejak hari pertama mereka lahir di dunia. Mereka dilahirkan di rumah sakit yang sama dan hanya berselisih 3 hari. Lucunya si Om Renold bilang bahwa dia sudah "tidur telanjang" dan mandi bareng istrinya sejak bayi. Ha.... di tour kali ini mereka berdua adalah pasangan yang membawa tas paling besar dan berat. Konon di dalamnya termasuk rice cooker, beras, aneka makanan dan yang paling istimewa adalah sambal Makasarnya.
Rombongan kedua adalah drg. Lilik Sri Redjeki yang membawa kedua anaknya. Dia asal Parakan, kota yang terkenal sebagai penghasil tembakau. Salah satu anak Lilik, yaitu Felicia, akan menjadi mahasiswa jurusan bisnis di S1 Prasetiya Mulya. Drg. Lilik adalah sosok yang lucu dan mudah bergaul. Celetukannya menghiasi perjalanan kami selama ini.
Rombongan berikutnya adalah rombongan khusus keluarga-keluarga beranak tunggal. Yang pertama adalah Andreas Samudro yang bepergian bersama istrinya (Vonny) dan anak tunggalnya, Audry. Dari ngobrol-ngobrol Andreas bekerja di industri specialty chemicals for intermediate products. Andreas seorang MBA yang menganut paham Porterian. Berkali-kali saya menyaksikan debat panjang antara Andreas dan So Yohanes Jimmy, tentang konsep market power dan resource based theory. Pengetahuan So Yohanes Jimmy sebagai calon Doktor tentu sangat tidak diragukan. Dan tentu saja instink keilmuannya terusik ketika ada orang yang mengagungkan konsep market power, karena So Yohanes Jimmy adalah seorang Penrosian.
Keluarga beranak tunggal berikutnya adalah Bernadus yang bepergian dengan istrinya (Lily) dan anak tunggalnya. Lalu pak Hendra Purnomo, partner bisnis saya yang bepergian bersama istrinya Meilani dan tentu saja anak semata wayangnya, Roy. Keluarga terakhir yang beranak tunggal adalah Jauhari yang bepergian bersama istrinya (Lily) dan anaknya Emelinda. Dia adalah orang yang paling keras suaranya dalam arti harafiah, sekaligus paling lucu di group kami. Tiada hari tanpa gurauan segar dari Kang Jauhari.
Rombongan terakhir yaitu rombongan Oma "perkasa" yang sudah berusia 83 tahun. Kisah Oma Sofia ini pernah saya tulis dalam kisah perjalanan di hari keempat. Oma Sofia bepergian bersama kedua anaknya, Mini dan Vonny, serta satu lagi Dwias. Mini adalah seorang guru di SPH sedangkan Dwias adalah guru di Kelapa Gading. Ternyata ada 2 orang "pahlawan tanpa tanda jasa" di Group ATS Ruscan ini. Komplit sudah rombongan 26 peserta di bawah pimpinan tour leader Jerry. Sebagai seorang tour leader, Jerry masih sangat muda alias brondong. Usianya baru 23 tahun, asal Palembang dan lulusan D4 UPH, tapi dia sangat mumpuni. Di samping itu dia juga sangat ringan tangan membantu para peserta tour dalam banyak hal, terutama dalam urusan koper. Jerry sekaligus adalah supplier "barang langka" yaitu sambal kesukaan para peserta tour. Hebat juga dia bisa kepikiran bawa sambal buat peserta tour. Selama ikutan tour dan beberapa kali ikut ATS, belum pernah ada TL yang nyediain sambal. Ini nilai tambah yang luar biasa. Pengalamannya sebagai seorang TL cukup banyak dan lebih dari itu dia adalah marketer yang handal bagi ATS. Ya kami beruntung mendapatkan TL yang mumpuni karena keberhasilan tour memang sangat ditentukan oleh kepiawaian seorang TL. Salut for you Jerry. Semoga sampai akhir perjalanan semua lancar dan selamat.
Sepanjang perjalanan dari Stockholm menuju kota Hamar kami disuguhi hamparan hijau pepohonan dengan latar belakang langit yang sangat indah. Banyak sekali pohon ever green (cemara) yang menghiasi pemandangan. Swedia memang terkenal dengan industri pulp and papernya. Di samping itu saya melihat banyak sekali danau-danau besar tempat menampung air. Mungkin inilah konsep waduk yang rencananya dibangun Jokowi untuk mendukung industri agricultural di Indonesia. Tapi kalau melihat tingkat kerapatan penduduknya, terutama di tanah Jawa, saya kok ragu bahwa pembangunan bendungan/waduk ini akan berhasil. Di Swedia dan Nowegia saya saksikan lahannya luas dengan jumlah penduduk yang sangat kecil, sehingga population densitynya rendah. Sedangkan pulau Jawa cuman sak "upil" tapi tingkat kepadatan penduduknya tinggi sekali.
Perjalanan sepanjang hari dengan bus memang terasa membosankan. Setiap 2 - 3 jam sekali kami berhenti untuk beristirahat. Aku sempat ngobrol dengan Andre, pengemudi bis ini yang akan mengantarkan kami sampai akhir tour di Copenhagen minggu depan. Dia berusia 37 tahun dan sudah menjadi professional driver sejak berusia 24 tahun. Dia adalah orang Russia kelahiran Estonia, sebuah negara kecil yang tadinya bergabung dalam Uni Soviet. Jumlah penduduknya hanya 1.4 juta jiwa dan sepertiga di antaranya adalah orang Russia. Layaknya orang Russia, wajahnya kaku dan angker. Lewat joke-joke ringan dan tawaran mencoba rokok Marlboro Indonesia yang kadar tar dan nikotinnya lebih tinggi, aku jadi bisa akrab dan senyum sudah mulai mengembang di wajahnya. Dia punya penghasilan EUR 60 per hari selama membawa bis. Ini masih ditambah tip yang besarannya setara dengan incomenya. Menurut dia, income sebesar itu tergolong sangat kecil untuk bisa hidup nyaman di Estonia. Sejak menjadi anggota Uni Eropa dan memakai EUR sebagai mata uang, apa-apa terasa mahal di Estonia. Apalagi masa turis di kawasan Eropa relatif sempit, hanya mulai ramai di bulan Mei sampai September. Selebihnya tidak banyak turis datang ke Eropa. Maka selama masa panen ini dia berusaha untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk kemudian "puasa" di musim dingin. Ndak mudah ya, ternyata untuk hidup di benua putih ini.
Jalanan di Swedia dan Norwegia dari kota Stockholm ke Hamar sangat mulus. Hampir tidak ada jalanan yang berlobang. Lalu lintasnya pun sangat lancar. Kecepatan maksimum yang terpampang adalah 90 km/jam. Saya membayangkan saat ini jutaan manusia keluar dari kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta untuk mudik. Bisa dibayangkan betapa macetnya jalanan pantura, walau sudah tertolong oleh jalan tol yang baru dari Cikampek ke Cirebon. Jumlah kendaraan di Indonesia memang tidak sebanding dengan kapasitas jalanan yang tersedia. Apalagi kalau menghadapi "migrasi musiman" terbesar ketiga di dunia sesudah China (pas tahun baru imlek) dan India. Sudah tiga tahun terakhir ini kami sengaja menghindari mudik dengan liburan ke luar negeri. Ndak tahan menghadapi kemacetan yang luar biasa. Seharusnya ngendon di Jakarta semasa lebaran adalah yang paling nikmat. Jalanan lancar di mana-mana dan bisa tiap hari maen golf semasa liburan. Apalagi aku lagi bagus-bagusnya nih. Sayang kalau pas kembali nanti terpaksa "kudu masuk bengkel" lagi untuk mengembalikan pukulan agar ndak gampang dijadikan "ayam potong" dalam par-paran.
Tepat pukul 7.30 malam kami tiba di "desa" Hamar. Di desa ini kami hanya singgah sementara sambil istirahat agar besok segar kembali melanjutkan perjalanan. Hamar adalah kota yang terletak di pinggir danau Mjosa, sebuah danau terbesar di Norwegia. Jumlah penduduknya hanya 29.000 jiwa, jadi tampak sebagai kota yang lebih mirip desa yang tenang dan bersih. Nama Hamar berasal dari kata "rocky hill" atau bukit cadas karena memang di sini banyak ditemukan bukit batu cadas. Ndak ada yang istimewa di kota ini. Satu-satunya yang ironis adalah suhunya sekitar 12 derajad celcius di tengah musim panas.
Selesai makan malam buffet di Scandic Hotel, kami berjalan menuju ke danau untuk menurunkan makanan yang baru disantap sekaligus berfoto ria. Sayang sekali langit kelabu sehingga kurang sedap untuk dipandang. Akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat.