Ramadhan Holiday 2015 - Day 9 - Hamar Gudsvangen Voss
Hari ini kami meninggalkan kota kecil Hamar yang sepi tapi punya pemandangan yang luar biasa. Pepohonan di samping kiri kanan jalanan menambah eloknya pemandangan. Jalanan menuju ke Fjord berkelok-kelok seperti jalanan menuju ke Puncak. Rumah-rumah mungil yang terpisah jauh dengan tetangganya seolah "breaking the repetition" dari hijaunya pemandangan. Sangat udara sangat dingin dan hujan sehingga langit berwarna abu-abu. Kalau saja mentari bersinar, tentu akan menghasilkan pemandangan yang sempurna.
Satu lagi yang menarik perhatian saya adalah air. Sepanjang perjalanan aku menyaksikan danau, bendungan, atau sungai super besar di mana-mana. Sampai-sampai istriku berkomentar "kita sudah tahu harus lari ke mana kalau suatu ketika Indonesia kekurangan air penopang kehidupan". Ujar-ujar yang mengatakan bahwa Norwegia adalah negara 1000 danau terbukti. Data menunjukkan bahwa Norwegia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki tingkat hydro electric plant mendekati 99 percent. Wow.... benar-benar sumber energi yang murah dan bersih.
Kami makan siang di desa Lardal dengan menu yang sangat istimewa, yaitu Norwegian salmon. Berbeda dengan frozen salmon yang biasa kita makan di Jakarta, di sini salmonnya benar-benar fresh, apalagi di musim panas seperti sekarang ini. Kalau musim dingin pemburuan salmon berhenti karena salmon hanya bisa didapatkan di laut dalam, sementara pada musim dingin lautnya membeku. Selesai makan siang kami berfoto ria di tepi danau Lardal. Daerah ini sekaligus sebagai parkiran mobil karavan. Kami menyaksikan banyak keluarga menggunakan karavan sedang bersantai di samping "rumah mobilnya". Asyik juga tuh kapan-kapan kita bisa berwisata keliling Eropa menggunakan karavan. Waktunya bisa lebih fleksibel dan bisa memilih tempat-tempat eksotik yang dikunjungi.
Bicara soal fresh salmon, saya masih ingat kira-kira 3 bulan lalu saya diundang menghadiri acara Norwegian Nite oleh salah satu mahasiswa doktoral saya yang emang memiliki kaitan bisnis dengan Norwegia. Saat itu Dubes Norwegia di Jakarta menjelaskan bahwa Norwegia adalah negara pengekspor minyak terbesar di dunia di luar Timur Tengah. Kalau secara keseluruhan nomer 5 di dunia. Kontribusi minyak sebesar 33 persent dari total ekspor Norwegia. Negara ini juga eksportir terbesar ketiga untuk gas. Kontribusi gas adalah sekitar 24 persen. Jadi total kontribusi migasnya sekitar 57 persen dari total ekspor Norwegia, atau hampir 20 persen dari total GDPnya. Padahal jumlah penduduknya hanya 5,1 juta jiwa. Ini yang membuat Norwegia menjadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi kedua di Eropa sesudah Luxemburg, dan keempat terbesar di dunia. GDP per kapitanya mencapai USD 80,500. Bandingkan dengan Indonesia yang saat ini memiliki GDP per kapita hanya di kisaran USD 3,500. Ini juga menjadikan Norwegia sebagai negara dengan jumlah cadangan devisa per kapita terbesar di dunia. Human Development Indeksnya juga tertinggi di dunia. Ekonominya adalah kombinasi antara kapitalis ekonomi dan welfare state.
Persoalannya adalah hampir seluruh ladang minyak Norwegia adalah ladang minyak laut dalam yang biaya eksplorasinya mahal. Dengan turunnya harga minyak mentah dunia saat ini di kisaran USD 50 - 60 per barel, praktis tidak mungkin lagi Norwegia melakukan eksplorasi minyak. Sehingga income negara tersebut turun sangat drastis. Ekspornya saat ini praktis hanya mengandalkan hasil laut dan ekspor hydro power. Kondisi ini sangat menyulitkan Norwegia. Atas dasar itulah Norwegia mengundang Menteri Kelautan, Susy Pudjiastuti, dalam acara Norwegian Nite tersebut. Tujuannya adalah menjalin kerja sama dengan Indonesia di bidang kelautan, sesuai dengan konsep Negara Maritim yang diusung Jokowi. Norwegia memang negara yang memiliki tehnologi penangkapan ikan, pelestarian samudra dan pengolahan hasil laut yang paling canggih di dunia. Saya masih ingat jawaban Menteri Susy saat itu sangat sederhana dan lugas, "Kalau cuman mau nangkap ikan di Indonesia, ijin sudah tertutup karena Indonesia sudah menetapkan moratorium ijin baru untuk kapal-kapal asing. Tetapi kalau akan investasi di pengolahan hasil laut, tentu saja Indonesia sangat terbuka. Syaratnya harus ada proses transfer tehnologi. Mantap pisan ya menteri kita yang cuman lulusan SMP. Pak Dubes Norwegia sampai tersenyum dengan kecut.
Beruntung bahwa Norwegia adalah satu-satunya negara di kawasan Eropa yang memiliki surplus pada Neraca Pembayarannya selama bertahun-tahun, sehingga memiliki Soverieghty Wealth Fund terbesar di dunia. Passive income Norwegia dari hasil investasinya di luar negeri menyelamatkan perekonomian negara tersebut sehingga tidak terlalu terpuruk ketika banyak negara di kawasan Uni Eropa yang bermasalah, seperti Yunani, Portugal, Italia dan Spanyol (PIGS).
Setelah makan siang kami melewati tunnel 24.51 km. Ini merupakan tunnel jalan raya terpanjang di Dunia. Ini lebih panjang dari Gotthard Road Tunnel di Switzerland yang hanya 17.5 km. Kalau untuk tunnel kereta api sudah ada yang panjangnya 50 km lebih. Namanya Lardal Tunnel yang terletak 175 km sebelah timur laut kota Bergen. Lardal Tunnel didirikan tahun 1995 - 2000 dengan biaya USD 125 juta. Tunnel ini menjadi jalur utama yang menghubungkan kota Oslo dan Bergen, di samping tentu saja ada transportasi ferry melalui sungai atau jalanan mengitari puncak gunung. Pada saat musim dingin jalur mengitari puncak gunung sulit untuk dilewati karena akan tertutup salju. Sehingga tunnel ini adalah jalan satu-satunya yang mungkin untuk dilewati. Di dalam tunnel terdapat permainan lampu berwarna biru yang memberikan kesan kita berada di planet lain. Kami sempat berhenti untuk memotret, tetapi suasananya kurang aman dan nyaman. Sehingga tidak terlalu lama kami jalan lagi menuju ke pelabuhan Fjord.
Acara dilanjutkan dengan menaiki Fjord Cruise selama 2 jam menyusuri danau Fjord yang berada pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Air dari danau ini berasal dari lelehan es di puncak gunung pada musim panas. Sehingga tampak banyak sekali air terjun kecil dan besar yang mengalirkan air ke danau. Dari atas kapal bahkan terlihat beberapa aliran air di daerah puncak kembali lagi membeku menjadi salju. Ini adalah pemandangan yang menakjubkan. Mirip dengan perjalanan menyusuri danau Guilin di China, cuman di Fjord udaranya jauh lebih dingin. Suhu udara sih hanya menunjukkan 12 derajad celcius, tetapi tiupan angin kencang membuat serasa udara di kisaran 5 derajad. Apalagi bagi orang tropis seperti kami. Tapi saya dan pak Hendra Purnomo tetap bertahan di geladak kapan mencoba mengabadikan pemandangan yang luar biasa. Jadi ingat kata-katanya Ustad Jefry, "Nikmat apalagi yang kau ingkari, wahai manusia?".
Setelah 2 jam berlayar, kapalnya mendarat di pelabuhan Gudsvangen.
Tepat pukul 19.15 kami tiba di Park Hotel Vossevangen di kota Voss. Ternyata kota Voss lebih sedikit penduduknya dibandingkan dengan Hamar. Di Voss cuman ada 14.000 penduduk. Kota ini hanya hidup dari turis. Di musim panas seperti ini Voss menawarkan arena Rafting, tandem skydiving, sea kayaking, river cruise dan golf course walau cuman 9 holes. Sedangkan di musim dingin yang ditawarkan cuman satu dan sejenis, yaitu ski dan atraksi-atraksi ikutannya.
Malam ini kami makan malam sangat istimewa, yaitu buffet dinner. Menunya sea food, mulai dari udang, kerang, dan tentu saja ikan salmon dengan segala macam variancenya, yaitu raw (sushi), smoke, half cook, dan lain-lain. Pokoknya dipuas-puaskan makan sea food selama di Norwegia.
Kembali lagi malam ini kita "bersaing" dengan rombongan turis dari China yang makannya ganas-ganas. Yang selalu membuat saya miris ketemu rombongan turis China bukan pada banyaknya makanan yang diambil, tetapi nyerobotnya dalam antrian dan sisa makanan yang tidak mereka makan. Emang sih bukan urusan kita, tetapi adalah sebuah etika universal untuk hanya mengambil makanan yang bisa kita habiskan. Jangan-jangan budaya nyerobot dan mengambil sebanyak-banyaknya itulah yang membuat bangsa China sukses merantau di manapun di seluruh ujung bumi. Walaualam.