Rabu, Mei 06, 2009

Lorenzo's Oil

Resensi Film
Lorenzo’s Oil adalah sebuah film yang dibuat tahun 2001 tentang perjuangan tanpa kenal lelah dan putus asa. Film ini diangkat dari kisah nyata Michaela dan Augusto Odone, immigrant asal Italia, yang anaknya divonis mengidap penyakit langka Adrenoleukodystrophy (ALD).
Kisahnya berawal pada bulan Juli 1983 ketika keluarga Odone sedang berlibur di Afrika. Dilukiskan Lorenzo adalah seorang anak kecil berusia 5 tahun yang cerdas, energic dan senang bergaul. Beberapa bulan setelah kembali ke Washington DC, Lorenzo mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan, diawali dengan perilakunya yang cenderung hiper active. Hasil test di rumah sakit oleh Dr. Judalon menunjukkan bahwa Lorenzo mengidap penyakit ALD yang tergolong langka. ALD adalah jenis penyakit degeneratif yang hanya diturunkan pada anak laki-laki dan memiliki tingkat fatalitas mendekati 100% dan biasanya penderita akan meninggal dunia dalamkurun waktu 24 bulan sejak didiagnosa. Saat itu dunia kedokteran belum menemukan terapi yang bisa menangani jenis penyakit tersebut. Beberapa ilmuwan yang dipelopori oleh professor Gus Nikolais melakukan percobaaan pembatasan asupan makanan lemak jenuh untuk mengurangi tumpukan lemak di otak yang merusak selubung otak (myelin), tetapi semua usaha tersebut gagal. Kondisi Lorenzo memburuk, dia kehilangan kemampuan berjalan, berbicara bahkan selalu tersedak oleh liurnya sendiri.
Karena menganggap bahwa mereka tidak mendapatkan dukungan sepenuhnya dari para dokter di rumah sakit, maka Augusto memutuskan untuk melakukan riset sendiri di bidang biochemistry dan neurology dan akhirnya memutuskan untuk melakukan percobaan pemberian asupan minyak zaitun (olive oil). Ternyata terapi ini berhasil mengurangi kadar lemak jenuh di tubuh Lorenzo sebanyak 50 %, tetapi tetap tidak bisa mengembalikan ke posisi normal. Augusto melanjutkan penelitiannya tentang Erucic Oil, yang sebenarnya berbahaya bagi kondisi jantung manusia dan belum ada penelitian resmi tentang penggunaan terapi ini. Keberanian Augusto membawa hasil dan terapi ini membuat kadar lemak jenuh dalam darah Lorenzo kembali pada kondisi normal. Atas keberhasilannya ini Augusto mendapatkan gelar kehormatan dokter.
Pada akhir film diceritakan bahwa sampai saat ini Lorenzo masih hidup dan sudah mulai bisa menggerakan anggota tubuhnya bahkan berkomunikasi menggunakan komputer.