Rabu, Agustus 14, 2013

Day 4 - Praha

10 Agustus 2013 Day 4 - Praha Praha adalah ibukota dari Republik Ceko. Kota cantik ini adalah salah satu kota yang mengalami kehancuran paling minimal dalam perang dunia kedua. Sehingga sisa-sisa bangunan kuno bersejarah masih banyak yang utuh seperti semula. Ndak seperti Berlin, Dresden, dan Warsawa serta beberapa kota lain yang luluh lantak dihajar tentara sekutu dalam perang tersebut. Jumlah penduduknya 1.3 juta orang dan merupakan kota terbesar di Ceko. Kota ini terletak di barat laut Ceko dan dialiri sungai Vltava. Sungai ini merupakan terusan dari sungai Elbe di kota Dresden. Buat saya ini bukan kunjungan pertama kali ke Praha. Terakhir 11 tahun yang lalu, saya pernah mengunjungi Praha bersama pak Hendra Purnomo saat bersamaan dengan berlangsungnya NATO Summit tahun 2002. Masih terbayang dalam ingatanku bahwa kami tinggal di sebuah hotel tua di pusat kota tua Praha di mana mungkin hanya beberapa tamu hotel di luar delegasi NATO yang tinggal di hotel tersebut. Saat itu demo besar-besaran melanda kota Praha dan jalanan menuju hotel diblokade oleh ratusan bahkan mungkin ribuan tentara yang mengamankan gelaran akbar tersebut. Para demonstran, yang konon berjumlah 15.000 orang, berdatangan dari banyak negara yang intinya menentang hasil pertemuan NATO. Buat orang Indonesia yang baru beberapa tahun menyaksikan demo ratusan ribu massa mengepung Gedung MPR/DPR di tahun 1998 menjelang runtuhnya regim Soeharto, jumlah 15.000 tidaklah besar. Heran juga bahwa ternyata di Eropa jumlah itu sudah tergolong signifikan. Di beberapa ruas jalan kami bertemu dengan demonstran yang sedang saling dorong dengan aparat, bahkan beberapa kejadian baku pukul menjadi tontonan yang benar-benar menegangkan saat itu. Sebagai tamu hotel kami diberi pass khusus untuk bisa menerobos barikade aparat yang bersiaga penuh. Hanya beberapa blok dari hotel tempat kami menginap waktu itu, Presiden George Bush tinggal selama pertemuan puncak NATO. Beberapa helicopter berseliweran dan suaranya memekakkan telinga. Yang paling serem adalah ketika saya membuka pintu balkoni hotel tempat kami menginap. Ternyata di dekat teras balkoni tersebut ada 2 orang tentara penembak jitu yang bersiaga. Saya juga mengintip masih ada puluhan pasukan sniper yang bertengger di atap-atap bangunan. Oleh kedua tentara tersebut kami dilarang duduk di balkoni. Suasana benar-benar tegang, mungkin mirip kondisi perang di Serajevo. Untunglah ketegangan itu tidak berlangsung lama. Sesudah Presiden Bush meninggalkan Praha, suasana kembali normal. Para demonstran pun balik kanan, bubar entah kemana. Barikade jalanan juga dicabut dan Praha kembali menjadi kota yang aman dan nyaman. Itulah seklumit ingatan dalam kunjungan ke Praha pada tahun 2002. Salah satu orang yang paling berjasa di kota Praha adalah Charles IV yang menjadi Kaisar Holy Roma pada akhir abad ke 14 (1346 - 1378). Charleslah yang membangun Kota Baru Praha di dekat kota tua dan membangun jembatan yang dinamai Charles Bridge yang melintasi sungai Vltava. Jembatan ini adalah jembatan batu tertua di kawasan Eropa. Charles juga mendirikan Charles University pada tahun 1347 dan merupakan universitas tertua di daratan Eropa. Dia jugalah yang memerintahkan pembangunan The Hunger Wall, sebuah tembok pertahanan yang terletak mengelilingi area Castle Czech. Konon tujuan pembangunan tembok pertahanan ini juga sebagai penyedia pekerjaan pada para kuli-kuli bangunan dan keluarganya. Hari ini tournya diisi dengan Walking Tour menyusuri Praque Castle sampai ke Astronomical Clock. Praque Castle konon adalah castle terbesar di dunia. Luasannya mencapai 7 hektar, sekitar 570 x 130 m. Bangunan pertama yang didirikan di kawasan Praque Castle ini adalah gereja Santa Perawan Maria pada tahun 870. Bangunan itu sekarang sudah tidak tersisa dan hanya tinggal reruntuhannya saja. Yang berdiri kokoh adalah Basilica St. Vitus yang didirikan pada pertengahan abad 14. Ini adalah obyek pertama yang kami kunjungi hari ini, sebuah gereja besar tua dengan ornamen yang sangat indah di bagian altar dan kubah. Pada sisi kiri dan kanan ada beberapa hiasan dinding yang menggambarkan jalan salib. Salah satu bagian paling penting dari gereja ini adalah Kapel Santo Wenceslas. Konon Wenceslas adalah Kardinal Praha yang dihukum mati oleh raja dengan cara dilemparkan dari atas Charles Bridge dan kemudian jenasahnya dimakamkan di kapel tersebut. Kawasan Praque Castle saat ini digunakan sebagai pusat pemerintahan Republik Ceko. Presiden Ceko berkantor di salah satu bangunan di kawasan Castle. Sejak jaman dahulu Castle tersebut juga digunakan sebagai kediaman resmi Raja-Raja di Ceko. Menurut catatan sejarah, pada tahun 1541 pernah terjadi kebakaran besar yang menghanguskan hampir semua bagian Castle. Tetapi Castle tersebut dibangun kembali bahkan diperluas dengan didirikan istana musim panas oleh Raja Ferdinand I. Istana itu diperuntukkan bagi sang permaisuri Puteri Anne. Dari Praque Castle kami menuruni jalanan dan menyeberang sungai menuju ke kawasan kota tua Praha. Ada 18 jembatan menghubungkan castle district dengan old town. Salah satunya yang paling terkenal adalah Charles Bridge. Di atas jembatan legendaris ini puluhan artis lukis menggelar dagangannya berupa lukisan pensil dan sketsa. Beberapa pemusik jalanan juga beraksi, mulai dari yang solo sampai yang rombongan bertujuh dengan peralatan musik yang cukup komplit. Sulit untuk mendapatkan obyek foto yang bagus di tengah kerumunan begitu banyak orang. Walking City Tour dilanjutkan ke kawasan Astronomical Clock (Orloj menurut bahasa Praha). Tower ini dibangun pada tahun 1410 dan merupakan astronomical clock tertua ketiga di dunia, tetapi sekaligus satu-satunya yang masih berfungsi. Mbuh aku ndak ngerti apa sih yang namanya astronomical clock itu sak jane. Nek lihat bentuknya ya mirip dengan jam yang dipajang di Plaza Senayan. Ketika jam itu berdenting tiap waktu menunjukkan pergantian jam ratusan orang berkumpul menyaksikan patung-patung yang mengawal jam tersebut bergoyang. Menurutku sih masih lebih keren yang di Plaza Senayan, karena ada patung yang maen drumband segala. Selesai makan siang, acara di lanjutkan dengan acara bebas. Semua peserta tour hanya diminta berkumpul lagi di depan Astronomical Clock tepat jam 6 sore. Buat saya acara bebas alias shopping ini adalah acara yang paling ndak enak. Aku ndak demen belanja, tetapi anggota keluargaku ketiganya cewek semua. Mereka masuk dari satu toko ke toko yang lain dan pasti keluarnya bawa tentengan baru yang lalu dimasukkan ke tas gledek yang aku tarik atau ransel yang aku panggul. Sampai tas gledek dan ransel penuh, tetep aja ketiga perempuan itu ndak berhenti memilih dan memilah. Perempuan emang makhluk yang aneh menurutku. Kok bisa-bisanya masuk toko perhiasan dengan tujuan membeli bandul kalung berbahan batu bohemian yang emang khas dari kota Praha, tetapi keluarnya membawa anting. Sementara kaum laki khan sebelum masuk ke toko sudah tahu dulu apa yang mau dibeli. Akhirnya aku ketiban sial menjadi kedi dan tukang angkut barang. Mungkin inilah yang namanya "kutukan" punya anak perempuan semua. Mereka kompakan dengan ibunya dalam soal belanja. Malam ini acara makan malam di restoran Chinese yang juga terletak di kawasan kota tua. Dengan beban yang semakin berat dan perut dah mulai keroncongan, kami masih harus berjalan kira-kira 1 km menuju ke restorantnya. Celakanya menu makanan malam ini benar-benar mengecewakan. Dari 7 lauk yang dikeluarkan menurutku ndak ada satupun yang layak dimakan. Rasanya benar-benar hambar, ndak manis, ndak asin, apalagi pedes. Terpaksa deh malam ini aku bergerilya di hotel mencari pengganjal perut. Kebetulan kelemahanku adalah sulit tidur kalau perut keroncongan. Mungkin kebiasaan ini pulalah yang bikin perutku sekarang buncit. Aku jadi inget kata-kata seorang rekanku sesama alumni Satya Wacana yang juga berbadan subur, bahkan jauh lebih subur. Kalau aku makan sedikit aja perut buncit, dia bahkan angop dan bernafas aja pun bisa bikin perut buncit gara-gara sistem pembakaran dan metabolisme yang sangat sempurna. He.... ya udahlah terima aja kenyataan ini. Mau apa lagi. Wis payu inih. Dalam perjalanan menuju tempat parkiran bis yang cukup jauh, kami kembali lagi menyeberangi sungai Vltava. Beruntung sekali aku dapat obyek foto yang bagus banget menjelang matahari terbenam, kira-kira jam 8.30 malam. "Keberuntungan" ini minimal mengobati sedikit kekecewaanku atas makanan yang ndak karuan. Kalau dalam hal fotografi yang merupakan salah satu hobbyku di luar golf, menemukan momen yang tepat adalah keberuntungan. Sayang aku emang ndak punya jiwa seni sama sekali, sehingga sulit sekali menghasilkan foto yang masuk kategori "art" dalam dunia fotografi. Mugo-mugo kali ini hasilnya ndak mengecewakan ach. Apalagi cuaca di kota Praha hari ini sangat bersahabat. Mentari bersinar walau suhu hanya di kisaran 22 derajad aja. Pas bener buat jalan-jalan dan motret. Si kecil Eugenia juga sibuk mencari spot foto yang pas menurut dirinya. Dia sekarang ikutan seneng motret dan aku beri kamera DSLR Canon yang peruntukannya khusus buat anak kecil. Di samping bodinya mungil cocok untuk handgrip anak kecil, Canon 100D juga ringan. Untuk lensanya saya sengaja pilih non L series agar tidak berat. Saya belikan dia lens 18-135 mm f3.5-5.6 yang praktis dan multi fungsi. Secara teknis Eugenia emang belum menguasai soal-soal rumit fotografi seperti iso, focal length, depth of field, speed, tapi sudut pengambilan gambarnya kadang mengejutkan. Beberapa foto yang berhasil dia jepret hasilnya sangat baik menurut standarku. Si kecil ini emang sangat mirip diriku, baik dari segi hobby (sudah mulai belajar dan senang golf dan motret), kegemaran baca, sampai pada bentuk tengkorak muka. Jadi tanpa DNA test, ndak perlu diragukan bahwa dia emang benar-benar nurun dari bapaknya. Sementara Gaby sangat mirip dengan ibunya, baik dari bentuk wajah, karakter maupun hobbynya. Cuaca inipulalah yang sekali lagi menyelamatkanku malam ini. Sesampainya di hotel, anak-anak udah minta jalan lagi menuju mall yang terletak di samping hotel. Mamamia, apa seharian ndak cukup borongannya. Untung secara tiba-tiba kota Praha dilanda angin yang sangat kencang dan sebentar kemudian dilanjutkan dengan hujan turun dengan derasnya. Alhamdulilah, nemu alasan yang sangat kuat untuk menolak "kerja lembur" sebagai kedi. Akhirnya kami cuman bercengkerama di hotel. Bahkan aku dapat bonus dipijitin kedua anak gadisku dengan cara bergantian menginjak-injak punggung dan kakiku. Baru terasa seperti raja. Sementara istri udah tepekur teler kena alergi gara-gara tadi siang nenggak rum campur rosemary tea. Benar-benar hari yang melelahkan.