Ramadhan Holiday 2015 - Day 14 - Copenhagen
Ini adalah hari terakhir liburan
yang cukup panjang ini. Tidak ada acara khusus dan hari ini hanya diisi dengan
buang waktu sambil menunggu penerbangan menuju ke Istanbul dan lanjut ke
Jakarta. Kami hanya menghabiskan waktu berjalan-jalan di tempat di mana kami
kunjungi kemarin sambil makan siang.
Liburan selama 15 hari memang
melelahkan dan rasanya agak terlalu panjang. Kami atau tepatnya saya sendiri
mulai merasakan kejenuhan sejak hari ke 9 - 11. Kebetulan perjalanan di hari ke 9 dan 11 banyak didominasi oleh naik bus,
mulai dari kota Hamar ke Voss lalu menuju Bergen dan lanjut ke Oslo. Kalau seandainya saya
harus mengulangi lagi tour Ruscan ini, saya akan terbang dari Stockholm menuju
ke Bergen, tinimbang menghabiskan waktu 2 hari penuh di perjalanan bis. Dan
juga menginap di kawasan Gelio, instead of Bergen. Bisa banyak pengalaman
menarik yang dialami di kawasan Voringfoss dan Taman Nasional Hardangervidda
dekat kawasan Gelio. Dengan beberapa penyesuaian dan tentu saja sedikit
tambahan biaya, perjalanan akan jauh lebuh efisien dan tidak melelahkan.
Mungkin ini bisa menjadi masukan bagi ATS.
Secara umum Tour Ruscan ini
menyenangkan dan worthed for the value of money. Di samping penerbangan jarak
jauh menggunakan Turkish Airline, ada juga penerbangan pendek dari Moscow
menuju ke Saint Petersburg. Ada 1 perjalanan dengan kereta api, yaitu dari
Saint Petersburg menuju ke Helsinski. Ada 2 overnite cruise, yaitu Helsinki
menuju Stockholm dan dari Oslo menuju ke Copenhagen. Sisanya perjalanan
menggunakan bus. Makanan seluruhnya disediakan oleh ATS kecuali makan siang di
hari terakhir. Ini buat sebagian orang sangat menguntungkan karena kalau makan
sendiri maka budgetnya bisa sangat membengkak. Tetapi bagi sebagian lainnya
yang kepingin lebih banyak mencicipi "nuansa lokal" menjadi kurang
pas, terutama dalam soal alokasi waktu. Ya tetapi ini sih soal selera. Ndak
mungkin bisa memuaskan seluruh pihak. Yang perlu diperbaiki adalah pilihan
menunya terutama di Russia yang tiap hari kita makan dengan menu
"stroganoff". Chinese food di beberapa lokasi juga perlu di tambah
menu dagingnya, bukan melulu ijo royo-royo dengan secuil daging aja. Pilihan
hotelnya sih sudah ok. Hanya di 2 hotel terakhir, yaitu di Oslo dan Copenhagen ruangan
dan ranjangnya terlalu kecil untuk 2 orang. Di luar semua masukan itu, tour ini
sangat menyenangkan. Beragam karakter peserta tour yang berbeda-beda bisa tidak
timbul konflik yang signifikan. Ndak gampang menyatukan 26 orang yang berbeda
dalam 1 kepentingan. Ini semua tentu tak lepas dari peran kepemimpinan Jerry,
the Tour Leader, yang memang mumpuni. Jerry juga sangat helpful dalam soal
tamu, terutama dalam menangani perpindahan dari satu hotel ke hotel lainnya.
Saya berani mengatakan "he is one of the best Tour Leader yang pernah saya
ikuti".
Ritual photo stop, yaitu mampir,
foto dan jalan lagi adalah ritual rutin orang mengikuti perjalanan wisata pakai
tour. Dalam tour jenis ini yang paling diutamakan adalah "orang"nya
bisa berfoto ria di depan bangunan atau obyek yang dikunjungi, baik itu
dijepret orang lain, maupun selfie dengan atau tanpa tongsis. Trus yang lebih
"penting" lagi adalah upload foto di facebook, instagram atau media
sosial lainnya. Soal sejarah tempat yang dikunjungi dianggap "tidak
penting". Dan saya amati fenomena
ini bukan hanya fenomena turis Indonesia, tetapi turis dari seluruh dunia tanpa
kecuali. Saya yakin jumlah upload foto di facebook atau instagram mengalami
peningkatan traffic yang drastis selama bulan liburan ini. Jarang orang yang
kepingin tahu latar belakang obyek yang dikunjungi, apalagi menuliskannya dalam
sebuah kisah perjalanan secara runut dan tertib. Lebih banyak yang berprinsip
"Foto mewakili seribu kata dan cerita." Bener juga sih. Cuman saya
mencoba keluar dari pakem ini dan saya menikmati ketika membaca ulang kisah
perjalanan wisata dari blog saya. Ini sekaligus sebagai latihan olah bahasa
tulis popular, agar ndak melulu bergumul dengan bahasa tulis akademis atau
malahan hanya bahasa lisan.
Soal photo stop, aku sampai
di"bully” rekan fotografer senior waktu
beliau melihat fotoku lagi nenteng kamera pakai flash "kok bisa-bisanya
motret landscape pakai flash yang nangkring di body kamera". Ha... suatu
komentar yang jenius dari seorang pakar. Persoalannya adalah istri dan
anak-anakku yang selalu siap "jadi model" di hampir semua spot. Jadi
ya kudu selalu siap dengan flash untuk fill in biar ndak back lit. Kalau dilihat ama fotografer senior ya jadi lucu. Motret
landscape kok pakai flash. He…
Belajar dari pengalaman soal kamera,
menenteng kamera big body seperti 1 Dx di acara seperti ini rasanya kurang pas.
Di satu sisi kabotan sekali, karena body kamera dan lensa bisa mencapai sekitar
4 kgs. Ndak praktis dan bikin badan pada pegel menenteng kamera segedhe bagong.
Tetapi kalau dipikir lagi, sudah pergi sejauh ini, kenapa ndak mau diabadikan
dengan kamera terbaik. Ya akhirnya komprominya adalah dengan memakai belt perut
agar ndak terlalu capai dan cukup hanya membawa 1 lensa. Yang ndak perlu dibawa
adalah segala macam filter beserta seluruh pendukungnya, wong emang ndak
bakalan punya waktu buat ambil moment bagus dan setting tripod + filter segala.
Kalau emang perginya khusus ama tukang potret baru ini merupakan perlengkapan
wajib bawa.
Soal pakaian, saya juga belajar
sesuatu bahwa untuk trip selama 15 hari, cukup dipenuhi 14 hari pakaian dalam,
maksimal 7 buah kaos dan sandal yang nyaman. Kaos
dan sweater dengan mudah kita bisa beli di tempat-tempat wisata yang kita kunjungi. He… dari seluruh peserta tour ternyata saya yang pakai
sandal sendirian. Lainnya pakai sepatu keren-keren. Saya sengaja pakai sandal
karena jauh lebih nyaman buat jalan-jalan, walaupun juga bawa sepatu, tapi
ternyata ndak pernah dipakai.
Tepat jam 2 siang kami sudah memasuki bandara Copenhagen.
Terpaksa menunggu karena check in counternya baru mulai buka jam 3 sore. Saya
perhatikan dalam perjalanan menuju ke Istanbul hampir semua peserta terlelap
dalam tidur. Mungkin kelelahan atau menyesali, kenapa perjalanan ini cepat
berakhir. He…