Ramadhan Holiday 2015
– Day 15 – Enroute Istanbul Jakarta
Kami mendarat di Istanbul jam 10 malam,
berarti ada waktu 4 jam sebelum kami terbang lagi ke Jakarta jam 2 pagi. Tentu
saja waktu ini tidak disia-siakan bagiku untuk “mengambil napas” di smoking area
dan buang air di toilet. Jujur buat saya ini satu kenikmatan karena toilet di
dekat Food Court bandara Attaturk Istanbul memiliki semprotan air buat
bersih-bersih. Rasanya belum tega kalau hanya diusap-usap pakai kertas tisue.
Ha… Dasar aku memang orang kampung, belum bisa cebok pakai tisue.
Makanan yang paling ngangeni di Istanbul
adalah ice cream dan Turkish Delightnya. Turkish Ice Cream di lidah saya kok
rasanya lezat sekali. Bentuknya molor seperti karet dan rasanya macam-macam.
Namanya “dondurma” dan konon ice cream ini berasal dari daerah Maras, maka juga
terkenal dengan nama “maras ice cream”. Walaupun ice cream Turki memang
popular, tetapi data menunjukkan bahwa konsumsi ice cream per kapita di Turki
masih tergolong rendah kalau dibandingkan dengan USA apalagi New Zealand, the
heaven of ice cream. Di New Zealand orang mengkonsumsi 22 – 24 l ice cream per
kapita per tahun dan di US 18,3 l sedangkan di Turki hanya 2,8 l. Saya ndak
tahu data di Indonesia. Rasanya sih angkanya di bawah 1 l per kapita per tahun.
Ice cream di Indonesia hanya popular di kalangan anak kecil kelas menengah dan
beberapa orang dewasa tertentu saja. Bahkan saya masih ingat waktu masih kecil
dilarang makan ice cream karena dipercaya bisa menyebabkan pilek dan batuk.
Turkish Delight adalah semacam permen gel
kenyel-kenyel yang rasanya macam-macam. Bentuknya kubus kecil ukuran 1,5 cm dan
ditaburi gula putih. Saya sih paling suka yang rasanya (isinya) double roasted
pistachios. Ndak terlalu manis, tetapi rasanya unik. Konon “cemilan” ini
berasal dari Arab dan sudah mulai diperkenalkan di Turki sejak tahun 1777. Saya
beberapa kali mendapatkan oleh-oleh dari rekan yang jalan ke Turki. Dan di
pesawat juga diberi “sample” satu potong. Pintar strateginya, biar penumpangnya
belanja di bandara. Buat oleh-oleh ini memang yang paling praktis dan mengena.
Bawanya pun ndak terlalu repot.
Di bandara Attaturk Turki kami juga
sempat bertemu beberapa rombongan tour, di antaranya dari ATS juga. Langsung
deh kita saling berkenalan dan bercerita seputar perjalanan tour yang
mengasyikan. Kelihatannya banyak orang Indonesia yang mengakhiri tournya di
hari ini. Banyak pula para pekerja Indonesia yang menumpang pesawat yang kami
tumpangi. Mungkin separuh dari pesawat terisi orang Indonesia. Maklum ini khan
perjalanan ke Jakarta, jadi banyak orang Indonesianya.
Perjalanan panjang dari Istanbul ke
Jakarta yang memakan waktu 13 jam banyak saya isi dengan tidur. Badan terasa
remuk redam setelah digelandang selama 15 hari angkut koper dari satu hotel ke
hotel lain. Ingin segera merasakan nyamannya kasur sendiri dengan guling
kesayangan sesudah menyiram badan dengan air hangat dan cebok dengan jet washer
yang kencang. Sudah terbayang pula makan sayur asam dengan ikan asin dan tentu
saja tempe serta tahu goreng aci yang menjadi menu wajib tiap hari di rumahku.
Maklum aku khan berasal dari Slawi (Tegal) yang terkenal dengan tahunya.
Tepat pukul 6 sore kami mendarat di
bandara Soekarno Hatta Jakarta. Setelah bersalam-salaman kami berpisah. Ini
adalah akhir dari sebuah perjalanan bersama selama 15 hari yang menyenangkan
sekaligus melelahkan. Kita sekarang kembali ke tanah air untuk kembali menimbun
pundi-pundi agar bisa dipakai buat liburan berikutnya.
Kisah perjalanan ini saya buat dan
posting, bukan untuk memamerkan bisa liburan ke luar negeri. Tetapi sekedar
berbagi cerita kepada rekan dan sahabat. Siapa tahu ada rekan yang akan
menempuh rute yang sama, sehingga bisa mempelajarinya lebih awal. Terima kasih
buat seluruh rekan-rekan peserta tour buat kebersamaannya. Sebuah pengalaman
yang indah untuk dikenang.