Kelahiran sesosok manusia pada hakekatnya adalah sebuah dentuman besar yang menghasilkan kiamat-kiamat kecil. Dan nantinya lonceng kematian akan mengantar pada sebuah kenihilan yang abadi dalam sebuah fase kebisuan yang panjang, di mana tiada lagi ego dan eksistensi.
Alpha dan Omega ini adalah sebuah takdir yang tak dapat dipungkiri, sebuah keniscayaan yang tak mungkin dihindari.
Di antara rentang dentuman dan lonceng kematian itulah kehidupan yang perlu diberi makna. Kehidupan yang penuh gejolak, yang kadang diwarnai benturan-benturan peradaban yang seolah tiada akhir. Keberadaban inilah yang kadang menjadi tonggak yang tercatat abadi dalam riuh rendahnya alam semesta.
Apakah kita tetap hanya sebagai kecoa tak bermakna, yang begumul dalam konflik dan fitnah, serta berkutat di titik nadir. Atau menjadi insan yang mampu berkolaborasi dan bekerja sama membentuk keberagaman yang humanis, numerat, literat dan beradab dalam peziarahan kehidupan ini?
Sebuah perenungan yang layak dilakukan, di penghujung senja 2016.
Selamat hari Natal dan tahun baru.