Saya ingat sebuah kisah yang pernah dituturkan oleh YE Mr.
Tan Hung Seng, Permanent Representatives Singapura untuk Asean, bahwa ketika
merdeka dulu Singapura hanyalah sebuah negara kecil yang miskin dan kotor.
Masyarakatnya sangat tidak taat aturan dan bahkan seenaknya meludah dan
membuang sampah di mana-mana. Celakanya negara seupil itu juga tidak memiliki
sumber daya alam sama sekali. Bahkan air bersih dan sayuranpun harus diimpor
dari tetangganya.
Tapi dalam kurun waktu hanya 2-3 dekade, Singapura berubah
menjadi negeri mungil yang sangat indah, bersih, tertib dan kaya raya. Bahkan
mampu menjadi pusat perdagangan barang dan uang kelas dunia. Ini adalah sebuah
mukjizat yang luar biasa.
Kisah yang hampir mirip juga terjadi pada Uni Emirat Arab
(UEA). Bedanya, negara federasi yang didirikan tahun 1971 ini memang kaya
akan minyak, dan sebenarnya tidak perlu melakukan sesuatu yang radikal.
Tapi Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dan Sehikh Rashid bin
Saeed Al Maktoum, dua pemimpin berpengaruh UEA tidak berpikir demikian.
Mereka ingin menumbuhkan UEA tidak semata-mata bergantung pada minyak. Visi
mereka adalah ingin menjadikan UEA sebagai salah satu hub dan pusat investasi
dunia.
Sejak akhir 1970-an mereka aktif mendidik kaum pemudanya di
luar negeri, memperbesar pelabuhan Rashid tahun 1978 dan membangun satu
lagi yang lebih besar, yaitu Jebel Ali (saat ini menjadi pelabuhan
tersibuk ke 9 di dunia). Tahun 1985 didirikan maskapai Emirate, yang
pelayanannya menjadi salah satu terbaik di dunia. Kita bisa melihat bagaimana
perkembangan Dubai dan Abu Dhabi dalam dua dekade terakhir, di atas tanah gurun
pasir yang gersang.
Kata kuncinya adalah menemukan pemimpin yang memiliki hati
nurani, pemimpin yang membangun negerinya, pemimpin yang bukan hanya memikirkan
diri dan kelompoknya sendiri dan tentu saja pemimpin yang bersih serta bebas
korupsi. Sosok pemimpin inilah yang menciptakan masa depan.
Maka buat rekan-rekan di daerah yang besok melaksanakan
pilkada, pilihlah dengan rasional. Jangan hanya mengandalkan pragmatisme
kesamaan suku, agama dan golongan semata. Pilih pemimpin yang menjaga keutuhan
NKRI, yang setia pada UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar dan filosofi
kehidupan bangsa Indonesia, serta yang mengusung kebhinnekaan sebagai sebuah
keniscayaan yang memperkokoh persatuan Indonesia.
Masa depan daerah kita sangat tergantung dari siapa pemimpin
yang kita pilih. Kita berdosa kepada anak cucu kita kalau kita salah memilih
pemimpin, karena masa depan adalah milik mereka. Salam perjuangan.
Dr. Harris Turino